Donna Widya Almira

Senin, 29 November 2010

Masjid Agung Sumenep


Menghadap ke Taman Kota, yang berada di sebelah Timurnya. Dengan gerbang besar, pintu kayu kuno, yang berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid Agung Sumenep, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Jami’, terletak ditengah-tengah Kota Sumenep.
Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, Pangeran Natakusuma I alias Panembahan Somala (1762-1811 M), Pangeran Natakusuma I memerintahkan arsitek yang juga membangun keraton, Lauw Piango, untuk membangun Masjid Jami’. Masjid Jami’ dimulai pembangunannya tahun 1198 H (1779 M) dan selesai pada tahun 1206 H (1787 M).
Masjid Jami’ Sumenep dari bentuk bangunannya bisa dikata merupakan penggabungan berbagai unsur budaya. Mungkin pula sebagai bentuk akomodasi dari budaya yang berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur berbagai etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh. Yang menarik lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur lokal. Tetapi lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab, Persia, Jawa, India, dan Cina menjadi satu di bangunan yang istimewa ini.

Batik Sumenep

Batik adalah kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia yang merupakan identitas bagi bangsa yang memiliki Kebudayaan yang kaya. Sumenep juga merupakan daerah penghasil batik yang memiliki kekhasan corak dan motif.
Batik Tulis Madura semakin lama semakin banyak digemari. Ada beberapa Batik Madura yang cukup terkenal seperti Batik Tanjung Bumi dan Batik Sumenep.
Salah satu daerah penghasil batik di Sumenep adalah Batik Tulis Melati di Desa Pakandangan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Madura memiliki ciri khas karena desain dan pilihan warna yang mencolok sehingga menjadi unik dari produk batik tulis dan merupakan usaha turun temurun. Faktor kearifan lokal juga mempengaruhi pertumbuhan industri batik tulis melati, karena SDM sebagai pelaku kegiatan industri batik tulis memiliki sikap yang konvensional mana yang telah dilakukan selama ini telah dirasakan cukup. Hal ini sangat berpengaruh dengan tingkat pendidikan yang kurang.
Batik Tulis Sumenep memiliki ciri utama Motif Bekisar dan bunga teratai dengan warna utama warna merah. Menurut Nina Soekarwo yang merupakan Ketua Dewan Kerajinan Nasional DEKRANASDA Jawa Timur, kedua motif tersebut melambangkan kedamaian sebagai warisan sejak kerajaan Majapahit dan jayanya kerajaan Singosari .

Kraton + Museum Sumenep


Sekitar seratus meter dari Taman Adipura  terletak Museum Dan Keraton ( Istana) Sumenep. 
           Kraton 
Dalam kawasan kraton Sumenep terdapat 3 bangunan utama yaitu :
a. Kraton Tirtonegoro (istana kerajaaan)
b. Kraton Panembahan Sumolo;
c. Kantor Koneng (kantor raja)
Sumenep Istana Kerajaan ( Keraton) terletak di depan Musium. Istana ini telah dibangun tahun 1762, terdiri dari Gerbang, Pendopo, Istana sendiri, Istana tua dan Taman Sare. Gerbang yang terletak sisi sebelah kiri dari istana merupakan suatu gerbang besar dengan Gaya Eropa dan dikenal ddengan nama Labang Mesem.
 Pendopo adalah suatu aula atau tempat prtemuan yang merupakan suatu bangunan sederhana tetapi bangunan tersebut mempunyai bentuk unik dan indah.
 Kraton Sumenep terdiri dari dua lantai. Lantai pertama mempunyai empat ruang. Dua pada sisi kanan sisi dan yang lainnya pada sisi kiri. Pada sisi kanan sisi istana ada juga suatu bangunan tua yang dinamakan Kantor Koneng. Di sisi kiri adalah istana Bindoro Saod. Lantai yang kedua  adalah Taman Sare. Taman Sare merupakan tempat bermainnya putri-putri raja sambil melepaskan kelelahan dengan bermain-main. Konon diceritakan, bahwa airnya dapat dijadikan obat dan membawa berkah. 


          Museum
Museum terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/ kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep. Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, al-Qur'an yang ditulis oleh Sulta Abdurrachman, guci dan keramik dari Tiongkok/ Cina yang menggambarkan bahwa pada saat itu terjalin hubungan yang erat antara kerajaan Sumenep dan kerajaan Cina, patung-patung/ arca, baju kebesaran Raja/Sultan, sampai tulang/fosil ikan paus yang terdampar di pantai Sumenep pada tahun 1977.
Museum ketiga disebut juga museum Bindara Saod karena pada zamannya tempat itu adalah tempat Bindara Saod menyepi, maka disebut juga dengan Rumah penyepian Bindara Saod. Terdiri lima bagian yaitu teras rumah, kamar depan bagian timur, kamar depan bagian barat, kamar belakang bagian timur dan bagian barat.
Baik Museum, Museum Kantor Koneng dan Museum Bindara Saod, ramai dikunjungi, baik itu wisatawan lokal, maupun mancanegara tiap tahunnya.

Karapan Sapi

Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh sampai lima belas detik. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di kota Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.
Kerapan sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura yang dinamakan saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang.
Karapan sapi adalah salah satu kebudayaan di Sumenep yang paling diminati. Karapan sapi ini berasal dari fakta bahwa Madura mempunyai tanah yang tidak begitu subur untuk pertanian, sehingga sebagai gantinya orang – orang madura berternak sapi atau banteng yang juga digunakan untuk membajak sawah. Seorang laki – laki bernama Syeh Ahmad Baidawi yang pertama kali memperkenalkan cara membajak sawah menggunakan kereta luncur bambu yang ditarik oleh dua sapi yang kemudian dikenal sebagai “ Nanggala atau Salaga” dan kemudian Syeh Ahmad Baidawi mendapat julukan Pangeran Katandur (Pangeran Penanam). Awal tujuan karapan sapi adalah untuk mendapatkan sapi yang kuat untuk membajak. Orang Madura kemudian memelihara Banteng atau sapi untuk bersaing dalam membajak secepat mungkin. Dengan cara ini gagasan untuk bersaing kemudian dikembangkan ke dalam oalhraga yang disebut Karapan Sapi. Karapan Sapi kemudian menjadi aktivitas rutin yang diselenggarakan tiap tahun.

Pantai Lombang + Pantai Slopeng


   LOMBANG

Pantai Lombang terletak di Desa Batang – Batang sekitar 28 km arah timur Kota Sumenep. Total luas Pantai Lombang sekitar 28 hektar dengan hamparan pasir sepanjang 12 kilometer. Pohon Casuarina atau Cemara Udang menjadi ciri khas Pantai ini.konon hanya ada 2 pantai yang memiliki keunikan semacam ini, selain Lombang sendiri, tempat lainnya adalah China. Selain itu ada juga Pohon Kelapa dan Pohon Palm yang juga menghiasi pantai Lombang ini.
Dengan pasir putih, debur ombaknya yang tidak terlalu besar dan keindahan pohon cemaranya, semakin menegaskan bahwa pantai ini merupakan tempat idaman bagi para wisatawa untuk melupakan sejenak rutinitas keseharian.
  
    SLOPENG

Pantai Slopeng terletak 21 kilometer arah utara dari kota Sumenep Pantai Slopeng terkenal dengan bukit – bukit  pasirnya yang sangat indah dan beberapa perahu nelayan yang lalu lalang. Tidak hanya itu saja, ada juga pohon – pohon kelapa dan siwalan yang tumbuh dengan sendirinya dan pasir putih khas pantai Slopeng yang menambah keeksotisan pantai ini.

Ukiran Sumenep

Setiap ukiran yang ada di sudut petilasan bangunan kuno Sumenep punya nilai sastra tinggi. Sang Sultan Abdurrahman Pakuntanan Ningrat inilah yang menjadi otak seni arsitektur Sumenep, khususnya pada ukiran yang berbentuk bunga. Sebab, dilihat dari motif kembang yang menjadi penghias banyak bangunan kuno di Sumenep, sama sekali tidak terlihat adanya motif bunga lokal Madura atau Jawa. Ukiran Sumenep banyak berasal dari Desa Karduluk. Sampai sekarang ini mayoritas penduduk Karduluk bermatapencaharian sebagai tukang ukir kayu. Kayu ukir yang dihasilkan dari desa Karduluk memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan kayu ukir lain, yaitu menggambarkan seni budaya khas Sumenep. Masalh Kwalitas tidak kalah dengan yang lain bahkan pemasaran sudah menembus Pasar Ekspor. Namun saat ini para pengrajin mengadapi masalah kelangkaan bahan baku yaitu kayu jati. Sehingga produksi kayu ukir menurun.